Kamis, 18 September 2014

YODIUM

YODIUM

A.      Definisi
Yodium merupakan komponen dari hormon tiroid yaitu tiroksin dan triiodotironin, yang membantu mengatur aktivitas sel dan metabolisme. Hormon ini juga penting untuk sintesis protein, pertumbuhan jaringan (termasuk pembentukan sistem saraf yang sehat), mencegah penyakit gondok dan meningkatkan kesehatan tulang.
Iodium adalah zat gizi mikro yang esensial. Sebagai unsur halogen, iodium tidak ditemukan di alam dalam keadaan bebas, karena sangat reaktif. Unsur-unsur ini terdapat di alam sebagai senyawa garam. Iodium terdapat di alam dalam bentuk senyawa iodat dan iodida dalam lumut-lumut laut. Terdapat juga dalam bentuk iodida dari air laut yang terasimilasi dengan rumput laut, sendawa Chili, tanah kaya nitrat, air garam dari air laut yang disimpan, dan di dalam air payau dari sumur minyak dan garam (Sandjaja 2009)
Fungsi utama iodium adalah untuk pembentukan hormon tiroid, yang terdiri dari tiroksin dan triiodotironin. Hormon tiroid berperan penting dalam pengaturan tingkat metabolisme basal. Kekurangan iodium dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan gangguan akibat kekurangan iodium (GAKI). Bahan makanan sumber iodium antara lain seafood, rumput laut, dan garam yang telah difortifikasi dengan iodium. Kebutuhan iodin untuk orang dewasa adalah 150 mikrogram (μg) per hari (Sandjaja 2009).

B.       Mekanisme Iodium
Thyroidea berasal dari sebuah bahasa yunani yakni thyreos yang berarti pelindung, suatu kelenjar endokrin yang sangat vaskuler, merah kecoklatan, terdiri dari lobus kiri dan lobus kanan berhubungan melintasi garis tengah oleh isthmus. Tiap lobus mencapai superior sejauh linea obliqua cartilago thyroidea, sedangkan isthmus terletak diatas cincin kedua dan ketiga trachea dan ujung bawah lobus biasanya diatas cincin trachea keempat atau kelima. Kelenjar ini tertanam dalam dalam lapisan pretrachealis fascia cervicalis profunda. Berat kelenjar thyroid sekitar 20-25 gram dan pada orang dewasa sedikit lebih berat pada wanita dan membesar secara fisiologis pada pubertas serta selama menstruasi dan kehamilan.
Permukaan medial tiap lobus dibentuk diatas larynx dan trachea. Secara superficialis, kelenjar ini ditutupi oleh musculus sternothyroideus dan dibagian bawah batas anterior dibatasi oleh musculus sternocleidomastoideus. Di superior kelenjar ini dalam hubungan dengan musculus cricothyroideus. Ramus externus nervus laryngeus superior berjalan profunda terhadap bagian kelenjar ini untuk mensarafi otot tersebut. Di posterolateral, thyroidea berkontak dengan arteri carotis, nervus laryngeus recurrens dan esophagus di belakang. Glandula parathyroidea biasanya ditemukan berhubungan dengan permukaan posterolateral thyroidea. Titik anatomi ini penting dalam pendekatan bedah.
Kelenjar thyroid tersusun dari banyak folikel tertutup yang terisi oleh zat hasil sekresi yang dinamakan koloid dan dibatasi oleh sel epitel kuboid yang mensekresi kebagian dalam folikel. Unsur utama koloid adalah glikoprotein besar tiroglobulin, yang mengandung hormon thyroid. Sekali sekresi telah memasuki folikel, ia harus diabsorbsi kembali melalui epitel folikel masuk ke darah sebelum dapat berfungsi dalam tubuh.
Kelenjar thyroid mensekresi tiroksin dan triyodotironin yang mempunyai efek nyata pada kecepatan metabolisme tubuh. Kekurangan atau kehilangan hormon thyroid akan menyebabkan penurunan laju metabolisme tubuh sekitar 40% dibawah normal dan sekresi tiroksin yang berlebihan dapat menyebabkan laju metabolisme basal meningkat 60%-100% diatas normal. Sekresi ini diatur oleh hormon perangsang thyroid yang dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis anterior. Fungsi kedua hormon ini secara kualitatif adalah sama, tetapi berbeda dalam kecepatan dan intensitas kerja. Triyodotironin kira-kira empat kali kekuatan tiroksin, tetapi ia terdapat jauh lebih sedikit dalam darah dan menetap jauh lebih singkat daripada tiroksin.
Untuk membentuk tiroksin dalamjumlah normal, dibutuhkan makan kira-kira 50 mg yodium setiap tahun atau kira-kira 1 mg per minggu. Untuk mencegah defisiensi yodium, garam meja yang biasa diyodisasi dengan satu bagian natrium yodida untuk setiap 100.000 bagian natrium klorida.

C.      Pembentukan Hormon Tyroid
Tahap pertama pembentukan hormon thyroid adalah pemindahan yodida dari cairan ekstrasel ke sel kelenjar thyroid dan kemudian ke folikel. Membran sel mempunyai kemampuan khas mentransport yodida secara aktif ke bagian dalam folikel. Hal ini dinamakan pompa yodida atau iodine trapping. Pada kelenjar normal, pompa yodida dapat memekatkan ion yodida sekitar 40 kali konsentrasi yodida dalam darah. Akan tetapi bila kelenjar thyroid menjadi aktif sepenuhnya, rasio konsentrasi dapat meningkat sampai beberapa kali lipat.
Pembentukan dan sekresi tiroglobulin sebagai bahan dasar hormon thyroid dilakukan oleh sel-sel thyroid. Setiap molekul tiroglobulin mengandung 140 asam amino tirosin, dan tirosin merupakan substrat utama yang berikatan dengan yodium untuk membentuk hormon thyroid dimana hormon ini dibentuk dalam molekul tiroglobulin. Oksidase ion yodida adalah langkah penting dalam pembentukan hormon thyroid yaitu perubahan ion yodida menjadi bentuk yodium teroksidasi yang kemudian mampu berikatan langsung dengan asam amino tirosin. Proses oksidasi ini dipermudah oleh enzim peroksidase dan hidrogen peroksida yang menyertainya. Pengikatan yodium dengan molekul tiroglobulin dinamai organifikasi tiroglobulin. Yodium yang telah dioksidasi dalam bentuk molekul akan terikat langsung tetapi perlahan-lahan dengan asam amino tirosin, tetapi bila yodium yang btelah teroksidasi disertai dengan sistem enzim peroksidasi, maka proses ini dapat terjadi dalam beberapa detik atau menit. Stadium akhir dari yodinasi tirosin adalah pembentukan dua hormon thyroid yang penting yaitu tiroksin dan triyodotironin. Tirosin mula-mula dioksidasi menjadi monoyodotironin dan diyodotironin. Dua molekul diyodotironin bergabung membentuk tiroksin (T4), dan satu molekul diyodotironin bergabung dengan satu molekul monoyodotironin membentuk triyodotironin (T3).
Setelah sintesis hormon thyroid berlangsung, setiap molekul tiroglobulin mengandung 5 sampai 6 molekul tiroksin, dengan rata-rata datu molekul triyodotironin untuk setiap tiga sampai empat molekul tiroglobulin dan sekitar 18 molekul tiroksin untuk setiap satu molekul triyodotironin. Dalam bentuk ini, hormon thyroid sering disimpan dalam folikel selama beberapa bulan. Ternyata jumlah total yang disimpan cukup untuk mensuplai tubuh dengan kebutuhan normal akan hormon thyroid selama satu sampai tiga bulan. Oleh karena itu, walaupun sintesis hormon thyroid berhenti seluruhnya, efek defisiensi mungkin tidak ditemukan selama berbulan-bulan.

D.      Sekresi Hormon Tyroid
Tiroglobulin sendiri tidak pernah dikeluarkan ke sirkulasi darah, melainkan melalui pemecahan tiroksin dan triyodotironin yang mula-mula terlepas dari tiroglobulin dan kemudian hormon ini dilepaskan untuk berdifusi melalui basis sel thyroid ke dalam kapiler yang terdapat di sekitarnya. Saat masuk ke dalam darah, tiroksin dan triyodotironin yang bberikatan dengan protein segera berikatan dengan beberapa protein plasma, terutama dengan globulin pengikat tiroksin yang merupakan glikoprotein. Kemudian separuh tiroksin dilepaskan ke sel jaringan kira-kira setiap 6 hari,sedangkan separuh triyodotironin karena afinitasnya yang lebih rendah untuk protein, maka dikeluarkan ke sel kira-kira 1 hari. Waktu masuk sel, kedua hormon ini sekali lagi berikatan dengan protein intrasel, tiroksin berikatan lebih kuat daripada triyodotironin. Oleh karena itu, sekali lagi tiroksin disimpan dan digunakan dengan lambat selama berhari-hari atau berminggu-minggu.
Menyuntikkan tiroksin dalam jumlah besar pada manusia, pada hakekatnya tidak akan memiliki efek pada kecepatan metabolisme tubuhnya selama dua sampai tiga hari. Hal ini menggambarkan bahwa terdapat masa laten yang lama sebelum aktivitas tiroksin mulai. Sekali aktivitas timbul, ia secara progresif meningkat dan mencapai maksimum dalam 10 sampai 12 hari dan setelah itu turun dengan waktu paruh sekitar 15 hari. Beberapa aktivitas menetap selama 6 minggu sampai 2 bulan kemudian

E.       Iodium dalam Pangan
Iodium adalah jenis elemen mineral mikro kedua sesudah besi yang dianggap penting bagi kesehatan manusia walaupun sesungguhnya jumlah kebutuhan tidak sebanyak zat-zat gizi lainnya. Djokomoeldjanto 2005, mengatakan bahwa manusia tidak dapat membuat unsur / elemen iodium dalam tubuhnya seperti membuat protein atau gula tetapi harus mendapatkannya dari luar tubuh (secara alamiah) melalui serapan iodium yang terkandung dalam makanan serta minuman.
Jumlah iodium dalam tubuh orang dewasa diperkirakan antara 9-10 mg, duasepertiganya dari jumlah  tersebut terkumpul pada kelenjar tiroid (kelenjar gondok). Fungsi iodium di dalam tubuh yaitu memaksimalkan kerja kelenjar tiroid (kelenjar gondok). Sebagian besar iodium diserap melalui usus kecil, tetapi beberapa diantaranya langsung masuk ke dalam saluran darah melalui dinding lambung (Winarno 1992).
Penyerapan iodium berlangsung sangat cepat yaitu dalam waktu 3-6 menit setelah makanan dicerna dalam mulut (Winarno 1992). Sebagian besar iodium yang dicerna masuk ke dalam kelenjar tiroid, yang kadarnya sekitar 25 kali lebih tinggi dari iodium yang ada dalam darah. Bahan makanan dari laut seperti ganggang laut dan ikan laut mengandung iodium yang lebih banyak. Ikan laut lebih banyak mengandung iodium dibandingkan dengan ikan air tawar, daun dan bunga tanaman lebih banyak lebih banyak mengandung iodium dari pada bagian umbi ataupun bagian tanaman yang lain, tetapi pada biji-bijian dan kacang-kacangan mengandung sangat sedikit iodium. Namun, umumnya karena tidak semua orang mengkonsumsi makanan dari laut, maka untuk masyarakat pedalaman dan pegunungan mempunyai pasokan iodium yang kurang. Pemakaian garam beriodium secara teratur akan memberikan suplai iodium yang dibutuhkan oleh tubuh. Kebutuhan iodium akan meningkat pada anak-anak, remaja, dan wanita hamil. Kebutuhan iodium dalam  pembentukan hormone tiroidm sesuai umur setiap hari berbeda-beda

F.       Sumber
Iodium merupakan salah satu jenis mineral mikro yang berperan penting dalam sistem fisiologis tubuh. Iodium ada di dalam tubuh dalam jumlah yang sangat sedikit, yaitu sebanyak kurang lebih 0.00004 % dari berat badan atau sekitar 15–23 mg. Iodium ditemukan pada tahun 1811 oleh Courtois. Iodium merupakan sebuah anion monovalen. Keadaannya dalam tubuh mamalia dan manusia sebagai hormon tiroid. Hormon-hormon ini sangat penting selama pembentukan embrio dan untuk mengatur kecepatan metabolisme dan produksi kalori atau energi (Almatsier 2005).
Jumlah iodium yang terdapat dalam makanan sebanyak jumlah ioda dan untuk sebagian kecil secara kovalen mengikat asam amino. Iodium diserap sangat cepat oleh usus dan oleh kelenjar tiroid digunakan untuk memproduksi hormon thyroid. Saluran ekskresi utama iodium adalah melalui saluran kencing (urin) dan cara ini merupakan indikator utama pengukuran jumlah pemasukan dan status iodium. Tingkat ekskresi (status iodium) yang rendah (25–20 mg I/g creatin) menunjukan risiko kekurangan iodium dan bahkan tingkatan yang lebih rendah menunjukan risiko yang lebih berbahaya (Almatsier 2005)
Sumber iodium utama ada di laut. Oleh karena itu, makanan laut berupa ikan, udang, kerang serta ganggang merupakan sumber iodium yang baik. Di daerah pantai, air tanah banyak mengandung iodium sehingga tanaman yang tumbuh di daerah pantai mengandung iodium cukup banyak. Meskipun lautan memilki jumlah iodium yang berlimpah, garam dapur tanpa fortifikasi iodium memiliki kandungan iodium yang sangat rendah. Hal itu dikarenakan iodium yang ada pada garam dapur menguap oleh pengaruh panas matahari pada saat pembuatan garam itu sendiri (Almatsier 2005).
Jumlah iodium dalam tubuh orang dewasa diperkirakan antara 9-10 mg, duasepertiganya dari jumlah  tersebut terkumpul pada kelenjar tiroid (kelenjar gondok). Fungsi iodium di dalam tubuh yaitu memaksimalkan kerja kelenjar tiroid (kelenjar gondok). Sebagian besar iodium diserap melalui usus kecil, tetapi beberapa diantaranya langsung masuk ke dalam saluran darah melalui dinding lambung (Winarno 1992).

G.      Makanan yang Menghambat Penyerapan Yodium
Kekurangan iodium merupakan penyebab utama terjadinya gondok, namun tidak dapat dipungkiri bahwa faktor lain juga ikut berperan. Salah satunya adalah bahan pangan yang bersifat goiterogenik (Djokomoeldjanto, 1974). Williams (1974) dari hasil risetnya mengatakan bahwa zat goiterogenik dalam bahan makanan yang dimakan setiap hari akan menyebabkan zat iodium dalam tubuh tidak berguna, karena zat goiterogenik tersebut merintangi absorbsi dan metabolisme mineral iodium yang telah masuk ke dalam tubuh.Goiterogenik adalah zat yang dapat menghambat pengambilan zat iodium oleh kelenjar gondok, sehingga konsentrasi iodium dalam kelenjar menjadi rendah. Selain itu, zat goiterogenik dapat menghambat perubahan iodium dari bentuk anorganik ke bentuk organik sehingga pembentukan hormon tiroksin terhambat (Linder, 1992).
Menurut Chapman (1982) goitrogen alami ada dalam jenis pangan seperti kelompok Sianida (daun + umbi singkong , gaplek, gadung, rebung, daun ketela, kecipir, dan terung) ; kelompok Mimosin (pete cina dan lamtoro) ; kelompok Isothiosianat (daun pepaya) dan kelompok Asam (jeruk nipis, belimbing wuluh dan cuka).
Sayuran dari keluarga Brassicaceae, terutama kubis, lobak, mengandung agen antitiroid aktif dalam bentuk gabungan (progoitrin). Secara umum goitrogen merusak pengikatan kovalen yodium dengan tiroglobulin dan mencegah oksidasi yodium oleh yodium peroksidase tiroid. Goitrogens lainnya adalah linamarin, sianoglukosida yang ditemukan di singkong, disulfida dari hidrokarbon jenuh dan tak jenuh dari sedimen organik dalam air minum, kedelai, dan produk-produk bakteri Eschericia Colli dalam air minum. Bayi baru lahir dan wanita hamil , lebih sensitif terhadap tindakan antitiroid dari goitrogens makanan daripada bayi dan anak-anak.

H.      Dampak dari kelebihan dan kekurangan Yodium
Sekitar 10% dari populasi dunia memiliki resiko mengalami kekurangan yodium karena tinggal di daerah ketinggian, dimana air minum hanya sedikit mengandung yodium. Yodium ditambahkan pada garam yang biasa diperjualbelikan (garam beryodium). Pada kekurangan yodium, kelenjar tiroid berusaha untuk menangkap lebih banyak iodida untuk sintesa hormon tiroid dan mengalami pembesaran. IQ penderita dapat menurun. Kesuburan berkukang. Pada orang dewasa, hipotiroidisme dapat menyebabkan kulit seperti membengkak, suara serak, gangguan fungsi mental, kulit kering dan mengelupas, rambut yang kasar dan jarang, tidak tahan terhadap udara dingin, dan peningkatan berat badan.
Seorang wanita hamil yang kekurangan yodium dapat berisiko untuk terjadi keguguran dan bayi lahir mati. Janin dapat mengalami hambatan dalam pertumbuhan, dan dapat terjadi kelainan pada otak. Jika tidak ditangani segera setelah dilahirkan, maka dapat terjadi retardasi mental dan perawakan tubuh yang pendek (kretinisme). Bayi-bayi tersebut dapat memiliki kelainan sejak lahir atau hipotiroidisme. 
Kekurangan yodium dapat dipastikan dengan pemeriksaan darah, dimana ditemukan kadar hormon tiroid yang rendah atau tingginya kadar TSH (Thyroid stimulating hormone) atau adanya goiter (pembesaran kelenjar tiroid) pada orang dewasa. Kadar yodium pada air kemih diperiksa, semakin rendah kadar yodium dalam air kemih, maka semakin berat kekurangan yodium yang terjadi. Pemeriksaan penunjang, seperti ultrasonografi atau scan tiroid dapat dilakukan untuk melihat kelenjar tiroid dan kelainan yang terjadi. 
Pengobatan berupa pemberian yodium tambahan. Bayi juga dapat mendapatkan tambahan hormon tiroid, terkadang diberikan seumur hidup.
Kelebihan mengkonsumsi yodium jarang terjadi. Kelebihan yodium di dalam tubuh biasanya terjadi akibat mengkonsumsi supplemen yodium untuk mengobati kekurangan yodium di dalam tubuh dalam waktu lama. Terkadang orang-orang yang tinggal di dekat laut mengkonsumsi terlalu banyak yodium karena mereka memakan banyak makanan laut dan rumput laut, serta minum air yang tinggi yodium.
Mengkonsumsi terlalu banyak yodium biasanya tidak mempengaruhi fungsi kelenjar tiroid, tetapi terkadang juga dapat mempengaruhinya. Hal ini dapat menyebabkan kelenjar tiroid menjadi terlalu aktif dan menghasilkan hormon tiroid yang berlebihan (hipertiroidisme). Akibatnya, kelenjar tiroid menjadi membesar, sehingga terbentuk goiter (goiter juga dapat terbentuk ketika kelenjar tiroid menjadi kurang aktif). Jika seseorang mengkonsumsi yodium dalam jumlah yang sangat besar, maka ia dapat mengalami rasa tidak enak pada mulutnya dan menghasilkan air liur yang lebih banyak. Yodium juga dapat mengiritasi saluran pencernaan dan menimbulkan ruam.  
Mengkonsumsi yodium terlalu banyak juga dapat membuat kelenjar tiroid menjadi kurang aktif (hipotiroidisme), terutama jika kelenjar tiroid telah kurang aktif sebelumnya. 
Dugaan hipertiroidisme atau hipotiroidisme akibat yodium yang berlebihan didasarkan dari gejala-gejala yang ada, terutama pada orang-orang yang dilaporkan mengkonsumsi yodium tambahan, tinggal di dekat laut, atau mengkonsumsi makanan laut dalam jumlah besar. Pemeriksaan darah dilakukan untuk mengukur kadar hormon tiroid dan TSH. 
Penderita dianjurkan untuk menggunakan garam yang tidak beryodium dan mengurangi makanan yang mengandung yodium. Hipotiroidisme yang disebabkan mengkonsumsi terlalu banyak yodium biasanya dapat diatasi dengan mengurangi konsumsi yodium, tetapi beberapa orang memerlukan pemberian hormon tiroid seumur hidupnya.

I.         Makanan yang Membantu Penyerapan Yodium
penggunaan garam beriodium, menggunakan natrium iodida atau natrium iodat sebagai tambahan. Di beberapa negara di mana produksi, distribusi dan pemantauan garam beryodium lebih sulit, (seperti di Papua New Guinea, Argentina, Kongo, dan China), minyak beryodium diberikan baik secara langsung maupun (lebih baik) secara intramuskuler, telah digunakan. Daerah lain memperkenalkan roti beryodium (Tasmania dan Netherland) (Lamberg, 1993), air minum beryodium (China, Malaysia) atau gula beryodium (Eltom et al.,1995). Di Finlandia iodisasi pakan ternak telah digunakan (Varo et al., 1982)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.(2008). Yodium Bagi Kesehatan. http://www.hanyawanita.com/clickwok/health/health14.htm.

Almatsier S. 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Djokomoeldjanto,F. 2005. Iodium Pangan.www.websisni_bsn.go.id.

Gibson, Rosalind. 2005. Principle of Nutritional Assesment. New York : Oxford University          Press

Winarno,F.G.1992.Kimia Pangan Dan Gizi.Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Sandjaja. 2009. Kamus Gizi. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.

Nyoman I Dewa  dkk, (2012). Penilaian Status Gizi,Jakarta : EGC