Selasa, 18 November 2014

Patogenesis Serta Penatalaksanaan Diet Pada Penderita Asma

 PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
            Penyakit pernapasan kronik, seperti asma, Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), hipertensi pulmonal, dan penyakit paru kerja, merupakan kondisi yang memberikan beban yang berat kepada semua penderita. Sekitar 17,4 % dari seluruh kematian di dunia adalah akibat dari penyakit pernapasan kronik.
Asma adalah penyakit saluran napas kronik yang penting dan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius di berbagai negara di seluruh dunia. Asma dapat bersifat ringan dan tidak mengganggu aktivitas, akan tetapi dapat bersifat menetap dan mengganggu aktivitas bahkan kegiatan harian. Produktivitas menurun akibat mangkir kerja atau sekolah, dan dapat menimbulkan disability (kecacatan), sehingga menambah penurunan produktiviti serta menurunkan kualitas hidup.
            Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia, hal itu tergambar dari data studi survei kesehatan rumah tangga (SKRT) di berbagai propinsi di Indonesia. Survei kesehatan rumah tangga (SKRT) 1986 menunjukkan asma menduduki urutan ke-5 dari 10 penyebab kesakitan (morbiditi) bersama-sama dengan bronkitis kronik dan emfisema. Pada SKRT 1992, asma, bronkitis kronik dan emfisema sebagai penyebab kematian (mortaliti) ke-4 di Indonesia atau sebesar 5,6 %. Tahun 1995, prevalensi asma di seluruh Indonesia sebesar 13/ 1000, dibandingkan bronkitis kronik 11/ 1000 dan obstruksi paru 2/ 1000.
B.     Tujuan
1.      Tujuan Umum
            Mengkaji gambaran pathogenesis penyakit infeksi “Asma”.
2.      Tujuan Khusus
a.       Mendiskripsikan definisi penyakit asma.
b.      Mendiskripsikan faktor resiko dari penyakit asma.
c.       Mendiskripsikan penatalaksanaan diet penyakit asma.

PEMBAHASAN

A.    Definisi Penyakit Asma
Penyakit asma berasal dari kata Asthma yang diambil dari bahas Yunani yang berarti “sukar bernapas”. Penyakit asma dikenal karena adanya gejala sesak napas, batuk dan mengi yang disebabkan oleh penyempitan saluran napas. Asma juga disebut penyakit paru-paru kronis yang menyebabkan penderita sulit bernapas. Hal ini disebabkan karena pengencangan dari otot sekitar saluran pernapasan, peradangan, rasa nyeri, pembengkakan dan iritasi pada saluran nafas di paru- paru. Hal lain juga disebutkan bahwa Asma adalah penyakit yang disebabkan oleh peningkatan respon dari trachea dan bronkus terhadap bermacam- macam stimuli yang ditandai dengan penyempitan bronkus atau bronkhiolus dan sekresi yang berlebih- lebihan dari kelenjar- kelenjar di mukosa bronchus.
Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan banyak sel dan elemennya. Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan hiperesponsif jalan napas yang menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat dan batuk-batuk terutama malam dan atau dini hari. Episodik tersebut berhubungan dengan obstruksi jalan napas yang luas, bervariasi dan seringkali bersifat reversibel dengan atau tanpa pengobatan.
            Asma merupakan inflamasi kronik saluran napas. Berbagai sel inflamasi berperan terutama sel mast, eosinofil, sel limfosit T, makrofag, neutrofil dan sel epitel. Faktor lingkungan dan berbagai faktor lain berperan sebagai penyebab atau pencetus inflamasi saluran napas pada penderita asma. Inflamasi terdapat pada berbagai derajat asma baik pada asma intermiten maupun asma persisten. Inflamasi dapat ditemukan pada berbagai bentuk asma seperti asma alergik, asma nonalergik, asma kerja dan asma yang dicetuskan aspirin.
             Asma bronkial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversible dimana trakeobronkial berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. Asma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan (The American Thoracic Society).
Asma Bronkial diklasifikasikan menjadi tiga tipe berdasarkan penyebabnya, yaitu :
1)      Ekstrinsik (alergik), ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotik dan aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor pencetus spesifik seperti yang disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan asma ekstrinsik.
2)      Intrinsik (non alergik), ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronik dan emfisema. 
3)      Asma gabungan, bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik.

B.     Faktor Resiko
            Risiko berkembangnya asma merupakan interaksi antara faktor pejamu (host factor) dan faktor lingkungan. Faktor pejamu disini termasuk predisposisi genetik yang mempengaruhi untuk berkembangnya asma, yaitu genetik asma, alergik (atopi), hipereaktiviti bronkus, jenis kelamin dan ras. Faktor lingkungan mempengaruhi individu dengan kecenderungan atau predisposisi asma untuk berkembang menjadi asma, menyebabkan terjadinya eksaserbasi dan menyebabkan gejala-gejala asma menetap. Termasuk dalam faktor  lingkungan yaitu alergen, sensitisasi lingkungan kerja, asap rokok, polusi udara, infeksi pernapasan (virus), diet, status sosioekonomi dan besarnya keluarga. Interaksi faktor genetik/ pejamu dengan lingkungan dipikirkan melalui kemungkinan :
1)      Pajanan lingkungan hanya meningkatkan risiko asma pada  individu dengan genetik asma.
2)      Lingkungan maupun genetik masing-masing meningkatkan risiko penyakit asma.
Faktor pejamu
            Asma adalah penyakit yang diturunkan telah terbukti dari berbagai penelitian. Predisposisi genetik untuk berkembangnya asma memberikan bakat atau kecenderungan untuk terjadinya asma. Fenotip yang berkaitan dengan asma, dikaitkan dengan ukuran subjektif (gejala) dan objektif (hipereaktiviti bronkus, kadar IgE serum) dan atau keduanya. Karena kompleksnya gambaran klinis asma, maka dasar genetik asma dipelajari dan diteliti melalui fenotip-fenotip perantara yang dapat diukur secara objektif seperti hipereaktiviti bronkus, alergik/ atopi, walau disadari kondisi tersebut tidak khusus untuk asma. Banyak gen terlibat dalam patogenesis asma, dan beberapa kromosom telah diidentifikasi berpotensi menimbulkan asma, antara`lain CD28, IGPB5, CCR4, CD22, IL9R,NOS1, reseptor agonis beta2, GSTP1; dan gen-gen yang terlibat dalam menimbulkan asma dan atopi yaitu IRF2, IL-3,Il-4, IL-5, IL-13, IL-9, CSF2 GRL1, ADRB2, CD14, HLAD, TNFA, TCRG, IL-6, TCRB, TMOD dan sebagainya.
Faktor lingkungan
            Alergen dan sensitisasi bahan lingkungan kerja dipertimbangkan adalah penyebab utama asma, dengan pengertian faktor lingkungan tersebut pada awalnya mensensitisasi jalan napas dan mempertahankan kondisi asma tetap aktif dengan mencetuskan serangan asma atau menyebabkan menetapnya gejala.

C.    Penatalaksanaan Diet Pada Penderita Asma
            Tujuan utama penatalaksanaan diet pada penderita asma adalah meningkatkan dan mempertahankan kualitas hidup yang optimal agar penderita asma dapat hidup normal tanpa hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Penatalaksaan diet penyakit asma :
            Diet yang diberikan Tinggi Energi Tinggi Protein (TETP)
1)      Energi tinggi, yaitu 40-45 kkal/kg BB
2)      Protein tinggi, yaitu 20% dari kebutuhan energi total
3)      Lemak cukup, yaitu 10-25% dari kebutuhan energi total
4)      Karbohidrat cukup, yaitu sisa dari kebutuhan energi total.
5)      Cairan, vitamin dan mineral cukup sesuai kebutuhan tubuh
6)      Makanan diberikan dalam bentuk mudah di cerna
7)      Makanan tidak merangsang
8)       Hindari bahan makanan yang mengandung Sulfit hasil penelitian makanan yang mengandung sulfit dapat memicu serangan asma pada 20 persen orang penderita asma. Sulfit terdapat dalam makanan sebagai hasil dari fermentasi dan ditemukan dalam makanan olahan. Jika kita tidak hati-hati dalam memilih makanan, tentu banyak sekali makanan yang mengandung sulfit karena sulfit banyak sekali digunakan sebagai bahan pengawet. Sebelum anda memakan suatu makanan, bacalah dulu komposisi makanan tersebut karena sulfit menggunakan nama seperti sulfur dioksida, kalium bisulfit atau kalium metabisulfit, natrium bisulfit, natrium metabisulfit atau natrium sulfit.
9)      Perbanyak makanan sumber anti oksidan sebagai pencegah stress oksidatif, konsumsi minimal 3 porsi sayur dan 2 porsi buah setiap hari agar anti oksidan dapat terpenuhi.
10)   Konsumsi makanan yang omega 3: makanan yang mengandung asam lemak omega 3 ternyata  mampu mengurangi gejala asma. Contoh makanan yang banyak mengandung omega3 yaitu : ikan, biji jintan, dan kacang.
D.    Cara pengobatan Asma
Sebagian besar serangan asma dapat dicegah dengan menghindari faktor- faktor pemicu asma. Agar faktor pemicu asma dapat dihindari, keluarga penderita sebaiknya mengatur kehidupan juga lingkungan sekitarnya. Misalnya, membersihkan rumah dengan teratur agar debu dan tungau tidak berkembang biak, hidup dengan nyaman dan menyebar di dalam rumah. Menghindari makanan yang dapat merangsang tubuh, contohnya menghindari makan kacang- kacangan bagi mereka yang alergi terhadap kacang, memakan makanan laut bagi mereka yang alergi dengan makanan laut. Ketika udara dingin datang, biasanya asma pun kambuh dan dapat dicegah dengan memakai pakaian yang agak tebal agar dapat menghangatkan tubuh, serta minum dan makan yang hangat- hangat.
Berobat secara terartur, biasanya pengobatan adalah kombinasi dari pengobatan jangka panjang dan jangka pendek yang berfungsi untuk mengubah agar otot- otot pada saluran pernapasan, berelaksasi, membuka saluran pernapasan yang mengecil dan mencegah terjadinya peradangan. Pengobatan sebenarnya tidak hanya dilakukan ketika serangan terjadi, tetapi juga saat tidak terjadi serangan. Penderita asma perlu memahami obat yang harus digunakan pada waktu serngan dan di luar serangan. Pada prinsipnya, pengobatan disesuaikan dengan berat ringannya penyakit yang diderita seseorang.
Pengobatan diberikan secara rutin, sebagai pelindung dan pencegahan terhadap kambuhnya asma. Obat ini berfungsi sebagaimana layaknya sebuah payung yang dipakai untuk melindungi tubuh dari hujan. Pemberian obat asma pada penderita asma biasanya melalui berbagi macam cara, yaitu parentral (melalui infus) dan per oral ( tablet diminum) atau per inhalsi.
Pengobatan dengan cara infus adalah pemberian obat- obatan melalui pembuluh darah. Ada pula obat disuntikkan ke tubuh penderita, biasanya diberikan kepada penderita yang mengalami serangan hebat. Jika masih belum tertolong, biasanya dokter akan memberikan suntikan kortikosteroid yang bertujuan untuk membuka saluran pernapasan.
Berikut adalah cara mengatasi serangan asma :
a.       Kenali terlebih dahulu jenis asma
b.      Kenali pencetusnya, jika karena emosi maka atasi emosi, jika karena virus influenza maka perlu divaksinasi, jika dikarenakan makanan maka coba hindari makanan tersebut dsb.
c.       Kenali obat- obatan yang dipakai dengan benar. Gunakan obat yang dianjurkan dokter dan pastikan obat dengan dosis yang benar
d.      Kontrol kedokter secara rutin meskipun dalam keadaan tidak sesak nafas
e.       Siapkan obat emergensi untuk serangan mendadak
Selain melakukan pengobatan, terapi pernapasan juga baik untuk mengurangi resiko serangan. Manfaat bernafas secara efektif dan benar dapat memperkuat otot- otot pernapasan sehingga si penderita mampu bernafas dengan baik.
Latihan pernafasan untuk penyandang asma dapat menguatkan otot pernapasan, tujuannya adalah apabila terjadi serangan, penderita asma masih dapat bernapas dengan efektif. Senam pernapasan tidak mengurangi serangan namun justru membantu penderita agar dapat bernapas dengan efektif pabila serangan terjadi. Kondisi tersebut dapat diperoleh dengan berlatih bernapas secara teratur dan dikombinasikan dengan gerakan- gerakan. Latihan sebaiknya dilakukan secara rutin dalam kondisi sehat sehingga ketika terjadi serangan, penderita dapat menerapkan tenik bernapas tersebut.
Latihan penapasan juga memperkuat otot perifer, otot diafragma, otot paru- paru dan otot jantung. Otot ini akan menjadi kuat dan tidak cepat lelah. Dengan latihan ini paru-paru juga dapat menampung oksigen dengan kapasitas penuh. Pasokan udara yang besar ini sangat penting ketika terjadi serangan asma.

KESIMPULAN

Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan banyak sel dan elemennya. Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan hiperesponsif jalan napas yang menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat dan batuk-batuk terutama malam dan atau dini hari
Asma Bronkial diklasifikasikan menjadi tiga tipe berdasarkan penyebabnya, yaitu :
1)      Ekstrinsik (alergik )
Reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotik dan aspirin) dan spora jamur.
2)      Intrinsik (non alergik)
Reaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi
3)      Asma gabungan
Reaksi gabungan antara Ekstrinsik dan Instrinsik
Faktor resiko umum Asma meliputi
·         Paparan alergen ( tungau debu rumah, bulu binatang, kecoa, serbuk sari, dan jamur, hipersensitivitas tipe I )
·         Pekerjaan ( toluen diisosianat ex. Pembuatan plastik, resin untuklem, cat dan lain- lain)
·         Iritasi ( asap rokok, GERD)
·         Infeksi saluran pernapasan ( Virus menyebabkan penurunan ambang ransang vagal subepitelial)
·         Ekspresi emosional yang kuat ( meningkatkan rangsangan vagal, parasimpatis)
·         Bahan kimia dan obat-obatan ( aspirin menghambat adrenoreseptor beta-2 di paru- paru yang berfungsi untuk bronkodilatasi, reseptor beta-1 terdapat di jantung).
Penatalaksanaan Diet untuk penderita Asma bertujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan kualitas hidup yang optimal agar penderita asma dapat hidup normal tanpa hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Menggunakan Diet TETP ( Tinggi Energi Tinggi Protein) dengan syarat Energi tinggi, yaitu 40-45 kkal/kg BB, Protein tinggi, yaitu 20% dari kebutuhan energi total, Lemak cukup, yaitu 10-25% dari kebutuhan energi total, Karbohidrat cukup, yaitu sisa dari kebutuhan energi total.

DAFTAR PUSTAKA

            Diunduh dari http://www.klikpdpi.com/konsensus/asma/asma.pdf. Diakses tanggal 18 April 2014.
            Dudut Tanjung, S.Kp. “Asuhan Keperawatan Asma Bronkial”. Diunduh dari http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-dudut2.pdf. Diakses tanggal 18 April 2014.



Minggu, 26 Oktober 2014

KITA- SATU

Candi Borobudur, Aku dan Mereka " KITA- SATU"



Assalamu'alaiku wr. wb....


welll, disini jujur ya saya baru belajar nulis jadi kalau nanti kata-katanya kurang bagus harap di maklumi ya :D
Borobudur, siapa sih yang belum tau tentang borobudur ya Borobudur adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak di Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang letaknya sebelah selatan + 15 km sebelah selatan kota Magelang dataran kedu, berbukit dan hampir seluruhnya di kelilingi pegunungan, pegunungan yang mengelilingi Candi Borobudur di antaranya di sebelah timur terdapat Gunung Merbabu dan Gunung Merapi Barat, Laut Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro dan satu lagi candi tersebut juga pernah masuk dalam kategori keajaiban dunia loh...Berbicara tentang Borobudur saya punya satu pengalaman yang menyenangkan bersama teman- teman disana, awalnya saya bersama tujuh teman saya ( Filandita, Elma, Ima, Rizky, Aini, Dwi Septi dan Maila) berada dalam satu tugas kampus yang mewajibkan kita untuk praktek kerja lapangan (PKL) di balai penelitian GAKY yang letaknya tidak jauh dari candi borobudur. Disana kami hampir disibukkan dengan study kasus dan penelitian sampai- sampai ada tempat wisata yang melambai- lambai disekitar juga terpaksa kami acuhkan, namun kami tetap berusaha agar menyelesaikan laporan tepat waktu untuk mencapai satu tujuan yaitu " Jalan- jalan" *huyeeeee :D

Well akhirnya dengan segala jerih payah, kami berhasil menyelesaikan semua laporan yang dibebankan kampus, namanya anak muda ya pasti juga bosan kalau harus belajar dan belajar terus, seperti orang- oang bilang hidup itu harus seimbang, termasuk " BEKERJA DAN BERMAIN ", ah jadi keinget salah satu quote favorite " Work Hard, Play Hard " setuju ga teman- teman? setuju aja yaa...

pada akhirnya kami memutuskan untuk pergi ke candi borobudur, meski sebelumnya sudah ada yang pernah kesini namun datang ke candi borobudur dengan teman- teman kuliah adalah kali pertama dalam sejarah hahaha :D, tidak banyak yang berubah dari candi Borobudur sepanjang yang aku ingat waktu pertama kali kesini. ya sedikit flash back wisata sekolah waktu SD. Adapun renovasi disana- sini masih tetap mempertahankan bentuk aslinya. ya inilah candi yang ada di Indonesia, begitu megahnya dan dibangun oleh orang- orang pada jaman dahulu kala meski teknologi masih serba minim, kebayang dong gimana kuatnya orang orang jaman dahulu. Seakan ada perasaan puas karena bisa berkunjung lagi ke candi ini dan tentunya bersama teman- teman tercinta yang menambah suasana ramai, kami menikmati pemandangan, berfoto- foto dan tak lupa membeli pernak- pernik yang dijual disekitar candi. Kebersamaan ini akan selalu aku kenang, suatu perjalanan sederhana yang membuat kami menjadi lebih dekat, suatu perjalanan yang menyatukan kita, sebuah perjalanan yang memberikan pengalaman yang berharga, semoga kita bisa berjumpa di acara jalan- jalan selanjutnya ya teman- teman :)

Kamis, 18 September 2014

YODIUM

YODIUM

A.      Definisi
Yodium merupakan komponen dari hormon tiroid yaitu tiroksin dan triiodotironin, yang membantu mengatur aktivitas sel dan metabolisme. Hormon ini juga penting untuk sintesis protein, pertumbuhan jaringan (termasuk pembentukan sistem saraf yang sehat), mencegah penyakit gondok dan meningkatkan kesehatan tulang.
Iodium adalah zat gizi mikro yang esensial. Sebagai unsur halogen, iodium tidak ditemukan di alam dalam keadaan bebas, karena sangat reaktif. Unsur-unsur ini terdapat di alam sebagai senyawa garam. Iodium terdapat di alam dalam bentuk senyawa iodat dan iodida dalam lumut-lumut laut. Terdapat juga dalam bentuk iodida dari air laut yang terasimilasi dengan rumput laut, sendawa Chili, tanah kaya nitrat, air garam dari air laut yang disimpan, dan di dalam air payau dari sumur minyak dan garam (Sandjaja 2009)
Fungsi utama iodium adalah untuk pembentukan hormon tiroid, yang terdiri dari tiroksin dan triiodotironin. Hormon tiroid berperan penting dalam pengaturan tingkat metabolisme basal. Kekurangan iodium dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan gangguan akibat kekurangan iodium (GAKI). Bahan makanan sumber iodium antara lain seafood, rumput laut, dan garam yang telah difortifikasi dengan iodium. Kebutuhan iodin untuk orang dewasa adalah 150 mikrogram (μg) per hari (Sandjaja 2009).

B.       Mekanisme Iodium
Thyroidea berasal dari sebuah bahasa yunani yakni thyreos yang berarti pelindung, suatu kelenjar endokrin yang sangat vaskuler, merah kecoklatan, terdiri dari lobus kiri dan lobus kanan berhubungan melintasi garis tengah oleh isthmus. Tiap lobus mencapai superior sejauh linea obliqua cartilago thyroidea, sedangkan isthmus terletak diatas cincin kedua dan ketiga trachea dan ujung bawah lobus biasanya diatas cincin trachea keempat atau kelima. Kelenjar ini tertanam dalam dalam lapisan pretrachealis fascia cervicalis profunda. Berat kelenjar thyroid sekitar 20-25 gram dan pada orang dewasa sedikit lebih berat pada wanita dan membesar secara fisiologis pada pubertas serta selama menstruasi dan kehamilan.
Permukaan medial tiap lobus dibentuk diatas larynx dan trachea. Secara superficialis, kelenjar ini ditutupi oleh musculus sternothyroideus dan dibagian bawah batas anterior dibatasi oleh musculus sternocleidomastoideus. Di superior kelenjar ini dalam hubungan dengan musculus cricothyroideus. Ramus externus nervus laryngeus superior berjalan profunda terhadap bagian kelenjar ini untuk mensarafi otot tersebut. Di posterolateral, thyroidea berkontak dengan arteri carotis, nervus laryngeus recurrens dan esophagus di belakang. Glandula parathyroidea biasanya ditemukan berhubungan dengan permukaan posterolateral thyroidea. Titik anatomi ini penting dalam pendekatan bedah.
Kelenjar thyroid tersusun dari banyak folikel tertutup yang terisi oleh zat hasil sekresi yang dinamakan koloid dan dibatasi oleh sel epitel kuboid yang mensekresi kebagian dalam folikel. Unsur utama koloid adalah glikoprotein besar tiroglobulin, yang mengandung hormon thyroid. Sekali sekresi telah memasuki folikel, ia harus diabsorbsi kembali melalui epitel folikel masuk ke darah sebelum dapat berfungsi dalam tubuh.
Kelenjar thyroid mensekresi tiroksin dan triyodotironin yang mempunyai efek nyata pada kecepatan metabolisme tubuh. Kekurangan atau kehilangan hormon thyroid akan menyebabkan penurunan laju metabolisme tubuh sekitar 40% dibawah normal dan sekresi tiroksin yang berlebihan dapat menyebabkan laju metabolisme basal meningkat 60%-100% diatas normal. Sekresi ini diatur oleh hormon perangsang thyroid yang dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis anterior. Fungsi kedua hormon ini secara kualitatif adalah sama, tetapi berbeda dalam kecepatan dan intensitas kerja. Triyodotironin kira-kira empat kali kekuatan tiroksin, tetapi ia terdapat jauh lebih sedikit dalam darah dan menetap jauh lebih singkat daripada tiroksin.
Untuk membentuk tiroksin dalamjumlah normal, dibutuhkan makan kira-kira 50 mg yodium setiap tahun atau kira-kira 1 mg per minggu. Untuk mencegah defisiensi yodium, garam meja yang biasa diyodisasi dengan satu bagian natrium yodida untuk setiap 100.000 bagian natrium klorida.

C.      Pembentukan Hormon Tyroid
Tahap pertama pembentukan hormon thyroid adalah pemindahan yodida dari cairan ekstrasel ke sel kelenjar thyroid dan kemudian ke folikel. Membran sel mempunyai kemampuan khas mentransport yodida secara aktif ke bagian dalam folikel. Hal ini dinamakan pompa yodida atau iodine trapping. Pada kelenjar normal, pompa yodida dapat memekatkan ion yodida sekitar 40 kali konsentrasi yodida dalam darah. Akan tetapi bila kelenjar thyroid menjadi aktif sepenuhnya, rasio konsentrasi dapat meningkat sampai beberapa kali lipat.
Pembentukan dan sekresi tiroglobulin sebagai bahan dasar hormon thyroid dilakukan oleh sel-sel thyroid. Setiap molekul tiroglobulin mengandung 140 asam amino tirosin, dan tirosin merupakan substrat utama yang berikatan dengan yodium untuk membentuk hormon thyroid dimana hormon ini dibentuk dalam molekul tiroglobulin. Oksidase ion yodida adalah langkah penting dalam pembentukan hormon thyroid yaitu perubahan ion yodida menjadi bentuk yodium teroksidasi yang kemudian mampu berikatan langsung dengan asam amino tirosin. Proses oksidasi ini dipermudah oleh enzim peroksidase dan hidrogen peroksida yang menyertainya. Pengikatan yodium dengan molekul tiroglobulin dinamai organifikasi tiroglobulin. Yodium yang telah dioksidasi dalam bentuk molekul akan terikat langsung tetapi perlahan-lahan dengan asam amino tirosin, tetapi bila yodium yang btelah teroksidasi disertai dengan sistem enzim peroksidasi, maka proses ini dapat terjadi dalam beberapa detik atau menit. Stadium akhir dari yodinasi tirosin adalah pembentukan dua hormon thyroid yang penting yaitu tiroksin dan triyodotironin. Tirosin mula-mula dioksidasi menjadi monoyodotironin dan diyodotironin. Dua molekul diyodotironin bergabung membentuk tiroksin (T4), dan satu molekul diyodotironin bergabung dengan satu molekul monoyodotironin membentuk triyodotironin (T3).
Setelah sintesis hormon thyroid berlangsung, setiap molekul tiroglobulin mengandung 5 sampai 6 molekul tiroksin, dengan rata-rata datu molekul triyodotironin untuk setiap tiga sampai empat molekul tiroglobulin dan sekitar 18 molekul tiroksin untuk setiap satu molekul triyodotironin. Dalam bentuk ini, hormon thyroid sering disimpan dalam folikel selama beberapa bulan. Ternyata jumlah total yang disimpan cukup untuk mensuplai tubuh dengan kebutuhan normal akan hormon thyroid selama satu sampai tiga bulan. Oleh karena itu, walaupun sintesis hormon thyroid berhenti seluruhnya, efek defisiensi mungkin tidak ditemukan selama berbulan-bulan.

D.      Sekresi Hormon Tyroid
Tiroglobulin sendiri tidak pernah dikeluarkan ke sirkulasi darah, melainkan melalui pemecahan tiroksin dan triyodotironin yang mula-mula terlepas dari tiroglobulin dan kemudian hormon ini dilepaskan untuk berdifusi melalui basis sel thyroid ke dalam kapiler yang terdapat di sekitarnya. Saat masuk ke dalam darah, tiroksin dan triyodotironin yang bberikatan dengan protein segera berikatan dengan beberapa protein plasma, terutama dengan globulin pengikat tiroksin yang merupakan glikoprotein. Kemudian separuh tiroksin dilepaskan ke sel jaringan kira-kira setiap 6 hari,sedangkan separuh triyodotironin karena afinitasnya yang lebih rendah untuk protein, maka dikeluarkan ke sel kira-kira 1 hari. Waktu masuk sel, kedua hormon ini sekali lagi berikatan dengan protein intrasel, tiroksin berikatan lebih kuat daripada triyodotironin. Oleh karena itu, sekali lagi tiroksin disimpan dan digunakan dengan lambat selama berhari-hari atau berminggu-minggu.
Menyuntikkan tiroksin dalam jumlah besar pada manusia, pada hakekatnya tidak akan memiliki efek pada kecepatan metabolisme tubuhnya selama dua sampai tiga hari. Hal ini menggambarkan bahwa terdapat masa laten yang lama sebelum aktivitas tiroksin mulai. Sekali aktivitas timbul, ia secara progresif meningkat dan mencapai maksimum dalam 10 sampai 12 hari dan setelah itu turun dengan waktu paruh sekitar 15 hari. Beberapa aktivitas menetap selama 6 minggu sampai 2 bulan kemudian

E.       Iodium dalam Pangan
Iodium adalah jenis elemen mineral mikro kedua sesudah besi yang dianggap penting bagi kesehatan manusia walaupun sesungguhnya jumlah kebutuhan tidak sebanyak zat-zat gizi lainnya. Djokomoeldjanto 2005, mengatakan bahwa manusia tidak dapat membuat unsur / elemen iodium dalam tubuhnya seperti membuat protein atau gula tetapi harus mendapatkannya dari luar tubuh (secara alamiah) melalui serapan iodium yang terkandung dalam makanan serta minuman.
Jumlah iodium dalam tubuh orang dewasa diperkirakan antara 9-10 mg, duasepertiganya dari jumlah  tersebut terkumpul pada kelenjar tiroid (kelenjar gondok). Fungsi iodium di dalam tubuh yaitu memaksimalkan kerja kelenjar tiroid (kelenjar gondok). Sebagian besar iodium diserap melalui usus kecil, tetapi beberapa diantaranya langsung masuk ke dalam saluran darah melalui dinding lambung (Winarno 1992).
Penyerapan iodium berlangsung sangat cepat yaitu dalam waktu 3-6 menit setelah makanan dicerna dalam mulut (Winarno 1992). Sebagian besar iodium yang dicerna masuk ke dalam kelenjar tiroid, yang kadarnya sekitar 25 kali lebih tinggi dari iodium yang ada dalam darah. Bahan makanan dari laut seperti ganggang laut dan ikan laut mengandung iodium yang lebih banyak. Ikan laut lebih banyak mengandung iodium dibandingkan dengan ikan air tawar, daun dan bunga tanaman lebih banyak lebih banyak mengandung iodium dari pada bagian umbi ataupun bagian tanaman yang lain, tetapi pada biji-bijian dan kacang-kacangan mengandung sangat sedikit iodium. Namun, umumnya karena tidak semua orang mengkonsumsi makanan dari laut, maka untuk masyarakat pedalaman dan pegunungan mempunyai pasokan iodium yang kurang. Pemakaian garam beriodium secara teratur akan memberikan suplai iodium yang dibutuhkan oleh tubuh. Kebutuhan iodium akan meningkat pada anak-anak, remaja, dan wanita hamil. Kebutuhan iodium dalam  pembentukan hormone tiroidm sesuai umur setiap hari berbeda-beda

F.       Sumber
Iodium merupakan salah satu jenis mineral mikro yang berperan penting dalam sistem fisiologis tubuh. Iodium ada di dalam tubuh dalam jumlah yang sangat sedikit, yaitu sebanyak kurang lebih 0.00004 % dari berat badan atau sekitar 15–23 mg. Iodium ditemukan pada tahun 1811 oleh Courtois. Iodium merupakan sebuah anion monovalen. Keadaannya dalam tubuh mamalia dan manusia sebagai hormon tiroid. Hormon-hormon ini sangat penting selama pembentukan embrio dan untuk mengatur kecepatan metabolisme dan produksi kalori atau energi (Almatsier 2005).
Jumlah iodium yang terdapat dalam makanan sebanyak jumlah ioda dan untuk sebagian kecil secara kovalen mengikat asam amino. Iodium diserap sangat cepat oleh usus dan oleh kelenjar tiroid digunakan untuk memproduksi hormon thyroid. Saluran ekskresi utama iodium adalah melalui saluran kencing (urin) dan cara ini merupakan indikator utama pengukuran jumlah pemasukan dan status iodium. Tingkat ekskresi (status iodium) yang rendah (25–20 mg I/g creatin) menunjukan risiko kekurangan iodium dan bahkan tingkatan yang lebih rendah menunjukan risiko yang lebih berbahaya (Almatsier 2005)
Sumber iodium utama ada di laut. Oleh karena itu, makanan laut berupa ikan, udang, kerang serta ganggang merupakan sumber iodium yang baik. Di daerah pantai, air tanah banyak mengandung iodium sehingga tanaman yang tumbuh di daerah pantai mengandung iodium cukup banyak. Meskipun lautan memilki jumlah iodium yang berlimpah, garam dapur tanpa fortifikasi iodium memiliki kandungan iodium yang sangat rendah. Hal itu dikarenakan iodium yang ada pada garam dapur menguap oleh pengaruh panas matahari pada saat pembuatan garam itu sendiri (Almatsier 2005).
Jumlah iodium dalam tubuh orang dewasa diperkirakan antara 9-10 mg, duasepertiganya dari jumlah  tersebut terkumpul pada kelenjar tiroid (kelenjar gondok). Fungsi iodium di dalam tubuh yaitu memaksimalkan kerja kelenjar tiroid (kelenjar gondok). Sebagian besar iodium diserap melalui usus kecil, tetapi beberapa diantaranya langsung masuk ke dalam saluran darah melalui dinding lambung (Winarno 1992).

G.      Makanan yang Menghambat Penyerapan Yodium
Kekurangan iodium merupakan penyebab utama terjadinya gondok, namun tidak dapat dipungkiri bahwa faktor lain juga ikut berperan. Salah satunya adalah bahan pangan yang bersifat goiterogenik (Djokomoeldjanto, 1974). Williams (1974) dari hasil risetnya mengatakan bahwa zat goiterogenik dalam bahan makanan yang dimakan setiap hari akan menyebabkan zat iodium dalam tubuh tidak berguna, karena zat goiterogenik tersebut merintangi absorbsi dan metabolisme mineral iodium yang telah masuk ke dalam tubuh.Goiterogenik adalah zat yang dapat menghambat pengambilan zat iodium oleh kelenjar gondok, sehingga konsentrasi iodium dalam kelenjar menjadi rendah. Selain itu, zat goiterogenik dapat menghambat perubahan iodium dari bentuk anorganik ke bentuk organik sehingga pembentukan hormon tiroksin terhambat (Linder, 1992).
Menurut Chapman (1982) goitrogen alami ada dalam jenis pangan seperti kelompok Sianida (daun + umbi singkong , gaplek, gadung, rebung, daun ketela, kecipir, dan terung) ; kelompok Mimosin (pete cina dan lamtoro) ; kelompok Isothiosianat (daun pepaya) dan kelompok Asam (jeruk nipis, belimbing wuluh dan cuka).
Sayuran dari keluarga Brassicaceae, terutama kubis, lobak, mengandung agen antitiroid aktif dalam bentuk gabungan (progoitrin). Secara umum goitrogen merusak pengikatan kovalen yodium dengan tiroglobulin dan mencegah oksidasi yodium oleh yodium peroksidase tiroid. Goitrogens lainnya adalah linamarin, sianoglukosida yang ditemukan di singkong, disulfida dari hidrokarbon jenuh dan tak jenuh dari sedimen organik dalam air minum, kedelai, dan produk-produk bakteri Eschericia Colli dalam air minum. Bayi baru lahir dan wanita hamil , lebih sensitif terhadap tindakan antitiroid dari goitrogens makanan daripada bayi dan anak-anak.

H.      Dampak dari kelebihan dan kekurangan Yodium
Sekitar 10% dari populasi dunia memiliki resiko mengalami kekurangan yodium karena tinggal di daerah ketinggian, dimana air minum hanya sedikit mengandung yodium. Yodium ditambahkan pada garam yang biasa diperjualbelikan (garam beryodium). Pada kekurangan yodium, kelenjar tiroid berusaha untuk menangkap lebih banyak iodida untuk sintesa hormon tiroid dan mengalami pembesaran. IQ penderita dapat menurun. Kesuburan berkukang. Pada orang dewasa, hipotiroidisme dapat menyebabkan kulit seperti membengkak, suara serak, gangguan fungsi mental, kulit kering dan mengelupas, rambut yang kasar dan jarang, tidak tahan terhadap udara dingin, dan peningkatan berat badan.
Seorang wanita hamil yang kekurangan yodium dapat berisiko untuk terjadi keguguran dan bayi lahir mati. Janin dapat mengalami hambatan dalam pertumbuhan, dan dapat terjadi kelainan pada otak. Jika tidak ditangani segera setelah dilahirkan, maka dapat terjadi retardasi mental dan perawakan tubuh yang pendek (kretinisme). Bayi-bayi tersebut dapat memiliki kelainan sejak lahir atau hipotiroidisme. 
Kekurangan yodium dapat dipastikan dengan pemeriksaan darah, dimana ditemukan kadar hormon tiroid yang rendah atau tingginya kadar TSH (Thyroid stimulating hormone) atau adanya goiter (pembesaran kelenjar tiroid) pada orang dewasa. Kadar yodium pada air kemih diperiksa, semakin rendah kadar yodium dalam air kemih, maka semakin berat kekurangan yodium yang terjadi. Pemeriksaan penunjang, seperti ultrasonografi atau scan tiroid dapat dilakukan untuk melihat kelenjar tiroid dan kelainan yang terjadi. 
Pengobatan berupa pemberian yodium tambahan. Bayi juga dapat mendapatkan tambahan hormon tiroid, terkadang diberikan seumur hidup.
Kelebihan mengkonsumsi yodium jarang terjadi. Kelebihan yodium di dalam tubuh biasanya terjadi akibat mengkonsumsi supplemen yodium untuk mengobati kekurangan yodium di dalam tubuh dalam waktu lama. Terkadang orang-orang yang tinggal di dekat laut mengkonsumsi terlalu banyak yodium karena mereka memakan banyak makanan laut dan rumput laut, serta minum air yang tinggi yodium.
Mengkonsumsi terlalu banyak yodium biasanya tidak mempengaruhi fungsi kelenjar tiroid, tetapi terkadang juga dapat mempengaruhinya. Hal ini dapat menyebabkan kelenjar tiroid menjadi terlalu aktif dan menghasilkan hormon tiroid yang berlebihan (hipertiroidisme). Akibatnya, kelenjar tiroid menjadi membesar, sehingga terbentuk goiter (goiter juga dapat terbentuk ketika kelenjar tiroid menjadi kurang aktif). Jika seseorang mengkonsumsi yodium dalam jumlah yang sangat besar, maka ia dapat mengalami rasa tidak enak pada mulutnya dan menghasilkan air liur yang lebih banyak. Yodium juga dapat mengiritasi saluran pencernaan dan menimbulkan ruam.  
Mengkonsumsi yodium terlalu banyak juga dapat membuat kelenjar tiroid menjadi kurang aktif (hipotiroidisme), terutama jika kelenjar tiroid telah kurang aktif sebelumnya. 
Dugaan hipertiroidisme atau hipotiroidisme akibat yodium yang berlebihan didasarkan dari gejala-gejala yang ada, terutama pada orang-orang yang dilaporkan mengkonsumsi yodium tambahan, tinggal di dekat laut, atau mengkonsumsi makanan laut dalam jumlah besar. Pemeriksaan darah dilakukan untuk mengukur kadar hormon tiroid dan TSH. 
Penderita dianjurkan untuk menggunakan garam yang tidak beryodium dan mengurangi makanan yang mengandung yodium. Hipotiroidisme yang disebabkan mengkonsumsi terlalu banyak yodium biasanya dapat diatasi dengan mengurangi konsumsi yodium, tetapi beberapa orang memerlukan pemberian hormon tiroid seumur hidupnya.

I.         Makanan yang Membantu Penyerapan Yodium
penggunaan garam beriodium, menggunakan natrium iodida atau natrium iodat sebagai tambahan. Di beberapa negara di mana produksi, distribusi dan pemantauan garam beryodium lebih sulit, (seperti di Papua New Guinea, Argentina, Kongo, dan China), minyak beryodium diberikan baik secara langsung maupun (lebih baik) secara intramuskuler, telah digunakan. Daerah lain memperkenalkan roti beryodium (Tasmania dan Netherland) (Lamberg, 1993), air minum beryodium (China, Malaysia) atau gula beryodium (Eltom et al.,1995). Di Finlandia iodisasi pakan ternak telah digunakan (Varo et al., 1982)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.(2008). Yodium Bagi Kesehatan. http://www.hanyawanita.com/clickwok/health/health14.htm.

Almatsier S. 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Djokomoeldjanto,F. 2005. Iodium Pangan.www.websisni_bsn.go.id.

Gibson, Rosalind. 2005. Principle of Nutritional Assesment. New York : Oxford University          Press

Winarno,F.G.1992.Kimia Pangan Dan Gizi.Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Sandjaja. 2009. Kamus Gizi. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.

Nyoman I Dewa  dkk, (2012). Penilaian Status Gizi,Jakarta : EGC