PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Penyakit pernapasan kronik, seperti
asma, Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), hipertensi pulmonal, dan penyakit
paru kerja, merupakan kondisi yang memberikan beban yang berat kepada semua
penderita. Sekitar 17,4 % dari seluruh kematian di dunia adalah akibat dari
penyakit pernapasan kronik.
Asma adalah penyakit saluran napas kronik yang
penting dan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius di berbagai
negara di seluruh dunia. Asma dapat bersifat ringan dan tidak mengganggu aktivitas,
akan tetapi dapat bersifat menetap dan mengganggu aktivitas bahkan kegiatan
harian. Produktivitas menurun akibat mangkir kerja atau sekolah, dan dapat
menimbulkan disability (kecacatan), sehingga menambah penurunan produktiviti
serta menurunkan kualitas hidup.
Asma
merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia, hal itu
tergambar dari data studi survei kesehatan rumah tangga (SKRT) di berbagai
propinsi di Indonesia. Survei kesehatan rumah tangga (SKRT) 1986 menunjukkan
asma menduduki urutan ke-5 dari 10 penyebab kesakitan (morbiditi) bersama-sama
dengan bronkitis kronik dan emfisema. Pada SKRT 1992, asma, bronkitis kronik
dan emfisema sebagai penyebab kematian (mortaliti) ke-4 di Indonesia atau
sebesar 5,6 %. Tahun 1995, prevalensi asma di seluruh Indonesia sebesar 13/
1000, dibandingkan bronkitis kronik 11/ 1000 dan obstruksi paru 2/ 1000.
B.
Tujuan
1. Tujuan
Umum
Mengkaji
gambaran pathogenesis penyakit
infeksi “Asma”.
2. Tujuan
Khusus
a. Mendiskripsikan
definisi penyakit asma.
b. Mendiskripsikan
faktor resiko dari penyakit asma.
c. Mendiskripsikan
penatalaksanaan diet penyakit asma.
PEMBAHASAN
A.
Definisi
Penyakit Asma
Penyakit asma berasal dari kata Asthma yang diambil
dari bahas Yunani yang berarti “sukar bernapas”. Penyakit asma dikenal karena
adanya gejala sesak napas, batuk dan mengi yang disebabkan oleh penyempitan
saluran napas. Asma juga disebut penyakit paru-paru kronis yang menyebabkan
penderita sulit bernapas. Hal ini disebabkan karena pengencangan dari otot sekitar
saluran pernapasan, peradangan, rasa nyeri, pembengkakan dan iritasi pada
saluran nafas di paru- paru. Hal lain juga disebutkan bahwa Asma adalah
penyakit yang disebabkan oleh peningkatan respon dari trachea dan bronkus
terhadap bermacam- macam stimuli yang ditandai dengan penyempitan bronkus atau
bronkhiolus dan sekresi yang berlebih- lebihan dari kelenjar- kelenjar di
mukosa bronchus.
Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas
yang melibatkan banyak sel dan elemennya. Inflamasi kronik menyebabkan
peningkatan hiperesponsif jalan napas yang menimbulkan gejala episodik berulang
berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat dan batuk-batuk terutama malam dan
atau dini hari. Episodik tersebut berhubungan dengan obstruksi jalan napas yang
luas, bervariasi dan seringkali bersifat reversibel dengan atau tanpa
pengobatan.
Asma
merupakan inflamasi kronik saluran napas. Berbagai sel inflamasi berperan
terutama sel mast, eosinofil, sel limfosit T, makrofag, neutrofil dan sel
epitel. Faktor lingkungan dan berbagai faktor lain berperan sebagai penyebab
atau pencetus inflamasi saluran napas pada penderita asma. Inflamasi terdapat
pada berbagai derajat asma baik pada asma intermiten maupun asma persisten.
Inflamasi dapat ditemukan pada berbagai bentuk asma seperti asma alergik, asma
nonalergik, asma kerja dan asma yang dicetuskan aspirin.
Asma bronkial adalah penyakit jalan nafas
obstruktif intermitten, reversible dimana trakeobronkial berespon secara
hiperaktif terhadap stimuli tertentu. Asma bronchial adalah suatu penyakit
dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan
dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya
dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan (The American
Thoracic Society).
Asma
Bronkial diklasifikasikan menjadi tiga tipe berdasarkan penyebabnya, yaitu :
1) Ekstrinsik
(alergik), ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor
pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan
(antibiotik dan aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan
dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi. Oleh karena itu jika
ada faktor-faktor pencetus spesifik seperti yang disebutkan di atas, maka akan
terjadi serangan asma ekstrinsik.
2) Intrinsik
(non alergik), ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap
pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau
bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan
asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan
dapat berkembang menjadi bronkhitis kronik dan emfisema.
3) Asma
gabungan, bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari
bentuk alergik dan non-alergik.
B.
Faktor
Resiko
Risiko berkembangnya
asma merupakan interaksi antara faktor pejamu (host factor) dan faktor
lingkungan. Faktor pejamu disini termasuk predisposisi genetik yang
mempengaruhi untuk berkembangnya asma, yaitu genetik asma, alergik (atopi),
hipereaktiviti bronkus, jenis kelamin dan ras. Faktor lingkungan mempengaruhi individu
dengan kecenderungan atau predisposisi asma untuk berkembang menjadi asma,
menyebabkan terjadinya eksaserbasi dan menyebabkan gejala-gejala asma menetap.
Termasuk dalam faktor lingkungan yaitu
alergen, sensitisasi lingkungan kerja, asap rokok, polusi udara, infeksi
pernapasan (virus), diet, status sosioekonomi dan besarnya keluarga. Interaksi
faktor genetik/ pejamu dengan lingkungan dipikirkan melalui kemungkinan :
1) Pajanan
lingkungan hanya meningkatkan risiko asma pada individu dengan genetik asma.
2) Lingkungan
maupun genetik masing-masing meningkatkan risiko penyakit asma.
Faktor
pejamu
Asma adalah penyakit yang diturunkan
telah terbukti dari berbagai penelitian. Predisposisi genetik untuk
berkembangnya asma memberikan bakat atau kecenderungan untuk terjadinya asma.
Fenotip yang berkaitan dengan asma, dikaitkan dengan ukuran subjektif (gejala)
dan objektif (hipereaktiviti bronkus, kadar IgE serum) dan atau keduanya.
Karena kompleksnya gambaran klinis asma, maka dasar genetik asma dipelajari dan
diteliti melalui fenotip-fenotip perantara yang dapat diukur secara objektif
seperti hipereaktiviti bronkus, alergik/ atopi, walau disadari kondisi tersebut
tidak khusus untuk asma. Banyak gen terlibat dalam patogenesis asma, dan
beberapa kromosom telah diidentifikasi berpotensi menimbulkan asma, antara`lain
CD28, IGPB5, CCR4, CD22, IL9R,NOS1, reseptor agonis beta2, GSTP1; dan gen-gen
yang terlibat dalam menimbulkan asma dan atopi yaitu IRF2, IL-3,Il-4, IL-5,
IL-13, IL-9, CSF2 GRL1, ADRB2, CD14, HLAD, TNFA, TCRG, IL-6, TCRB, TMOD dan
sebagainya.
Faktor
lingkungan
Alergen dan sensitisasi bahan
lingkungan kerja dipertimbangkan adalah penyebab utama asma, dengan pengertian
faktor lingkungan tersebut pada awalnya mensensitisasi jalan napas dan
mempertahankan kondisi asma tetap aktif dengan mencetuskan serangan asma atau
menyebabkan menetapnya gejala.
C.
Penatalaksanaan
Diet Pada Penderita Asma
Tujuan utama penatalaksanaan
diet pada penderita asma adalah meningkatkan dan mempertahankan kualitas hidup
yang optimal agar penderita asma dapat hidup normal tanpa hambatan dalam
melakukan aktivitas sehari-hari.
Penatalaksaan
diet penyakit asma :
Diet yang diberikan Tinggi Energi
Tinggi Protein (TETP)
1) Energi
tinggi, yaitu 40-45
kkal/kg BB
2) Protein
tinggi, yaitu 20%
dari kebutuhan energi total
3) Lemak
cukup, yaitu 10-25%
dari kebutuhan energi total
4) Karbohidrat
cukup, yaitu sisa
dari kebutuhan energi total.
5) Cairan,
vitamin dan mineral
cukup sesuai kebutuhan tubuh
6) Makanan diberikan dalam bentuk mudah di cerna
7) Makanan tidak merangsang
8) Hindari bahan
makanan yang mengandung Sulfit hasil penelitian makanan yang mengandung sulfit
dapat memicu serangan asma pada 20 persen orang penderita asma. Sulfit terdapat
dalam makanan sebagai hasil dari fermentasi dan ditemukan dalam makanan olahan.
Jika kita tidak hati-hati dalam memilih makanan, tentu banyak sekali makanan
yang mengandung sulfit karena sulfit banyak sekali digunakan sebagai bahan
pengawet. Sebelum anda memakan suatu makanan, bacalah dulu komposisi makanan
tersebut karena sulfit menggunakan nama seperti sulfur dioksida, kalium
bisulfit atau kalium metabisulfit, natrium bisulfit, natrium metabisulfit atau
natrium sulfit.
9) Perbanyak makanan sumber
anti oksidan sebagai pencegah stress oksidatif, konsumsi minimal 3 porsi sayur
dan 2 porsi buah setiap hari agar anti oksidan dapat terpenuhi.
10) Konsumsi makanan
yang omega 3: makanan yang mengandung asam lemak omega 3 ternyata mampu
mengurangi gejala asma. Contoh makanan yang banyak mengandung omega3 yaitu : ikan,
biji jintan, dan kacang.
D.
Cara
pengobatan Asma
Sebagian
besar serangan asma dapat dicegah dengan menghindari faktor- faktor pemicu
asma. Agar faktor pemicu asma dapat dihindari, keluarga penderita sebaiknya
mengatur kehidupan juga lingkungan sekitarnya. Misalnya, membersihkan rumah
dengan teratur agar debu dan tungau tidak berkembang biak, hidup dengan nyaman
dan menyebar di dalam rumah. Menghindari makanan yang dapat merangsang tubuh,
contohnya menghindari makan kacang- kacangan bagi mereka yang alergi terhadap
kacang, memakan makanan laut bagi mereka yang alergi dengan makanan laut.
Ketika udara dingin datang, biasanya asma pun kambuh dan dapat dicegah dengan
memakai pakaian yang agak tebal agar dapat menghangatkan tubuh, serta minum dan
makan yang hangat- hangat.
Berobat
secara terartur, biasanya pengobatan adalah kombinasi dari pengobatan jangka
panjang dan jangka pendek yang berfungsi untuk mengubah agar otot- otot pada
saluran pernapasan, berelaksasi, membuka saluran pernapasan yang mengecil dan
mencegah terjadinya peradangan. Pengobatan sebenarnya tidak hanya dilakukan
ketika serangan terjadi, tetapi juga saat tidak terjadi serangan. Penderita
asma perlu memahami obat yang harus digunakan pada waktu serngan dan di luar
serangan. Pada prinsipnya, pengobatan disesuaikan dengan berat ringannya penyakit
yang diderita seseorang.
Pengobatan
diberikan secara rutin, sebagai pelindung dan pencegahan terhadap kambuhnya
asma. Obat ini berfungsi sebagaimana layaknya sebuah payung yang dipakai untuk
melindungi tubuh dari hujan. Pemberian obat asma pada penderita asma biasanya
melalui berbagi macam cara, yaitu parentral (melalui infus) dan per oral (
tablet diminum) atau per inhalsi.
Pengobatan
dengan cara infus adalah pemberian obat- obatan melalui pembuluh darah. Ada
pula obat disuntikkan ke tubuh penderita, biasanya diberikan kepada penderita
yang mengalami serangan hebat. Jika masih belum tertolong, biasanya dokter akan
memberikan suntikan kortikosteroid yang bertujuan untuk membuka saluran
pernapasan.
Berikut
adalah cara mengatasi serangan asma :
a.
Kenali terlebih dahulu jenis asma
b.
Kenali pencetusnya, jika karena emosi maka
atasi emosi, jika karena virus influenza maka perlu divaksinasi, jika
dikarenakan makanan maka coba hindari makanan tersebut dsb.
c.
Kenali obat- obatan yang dipakai dengan
benar. Gunakan obat yang dianjurkan dokter dan pastikan obat dengan dosis yang
benar
d.
Kontrol kedokter secara rutin meskipun dalam
keadaan tidak sesak nafas
e.
Siapkan obat emergensi untuk serangan
mendadak
Selain melakukan
pengobatan, terapi pernapasan juga baik untuk mengurangi resiko serangan.
Manfaat bernafas secara efektif dan benar dapat memperkuat otot- otot
pernapasan sehingga si penderita mampu bernafas dengan baik.
Latihan pernafasan untuk
penyandang asma dapat menguatkan otot pernapasan, tujuannya adalah apabila
terjadi serangan, penderita asma masih dapat bernapas dengan efektif. Senam
pernapasan tidak mengurangi serangan namun justru membantu penderita agar dapat
bernapas dengan efektif pabila serangan terjadi. Kondisi tersebut dapat
diperoleh dengan berlatih bernapas secara teratur dan dikombinasikan dengan
gerakan- gerakan. Latihan sebaiknya dilakukan secara rutin dalam kondisi sehat
sehingga ketika terjadi serangan, penderita dapat menerapkan tenik bernapas
tersebut.
Latihan penapasan juga
memperkuat otot perifer, otot diafragma, otot paru- paru dan otot jantung. Otot
ini akan menjadi kuat dan tidak cepat lelah. Dengan latihan ini paru-paru juga
dapat menampung oksigen dengan kapasitas penuh. Pasokan udara yang besar ini
sangat penting ketika terjadi serangan asma.
KESIMPULAN
Asma adalah
gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan banyak sel dan elemennya.
Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan hiperesponsif jalan napas yang
menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa
berat dan batuk-batuk terutama malam dan atau dini hari
Asma Bronkial
diklasifikasikan menjadi tiga tipe berdasarkan penyebabnya, yaitu :
1)
Ekstrinsik (alergik )
Reaksi
alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang spesifik, seperti
debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotik dan aspirin) dan
spora jamur.
2) Intrinsik
(non alergik)
Reaksi
terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara
dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan
emosi
3) Asma
gabungan
Reaksi
gabungan antara Ekstrinsik dan Instrinsik
Faktor resiko umum Asma meliputi
·
Paparan alergen (
tungau debu rumah, bulu binatang, kecoa, serbuk sari, dan jamur,
hipersensitivitas tipe I )
·
Pekerjaan ( toluen
diisosianat ex. Pembuatan plastik, resin untuklem, cat dan lain- lain)
·
Iritasi ( asap rokok,
GERD)
·
Infeksi saluran pernapasan
( Virus menyebabkan penurunan ambang ransang vagal subepitelial)
·
Ekspresi emosional yang
kuat ( meningkatkan rangsangan vagal, parasimpatis)
·
Bahan kimia dan
obat-obatan ( aspirin menghambat adrenoreseptor beta-2 di paru- paru yang
berfungsi untuk bronkodilatasi, reseptor beta-1 terdapat di jantung).
Penatalaksanaan
Diet untuk penderita Asma bertujuan untuk meningkatkan
dan mempertahankan kualitas hidup yang optimal agar penderita asma dapat hidup
normal tanpa hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Menggunakan Diet TETP ( Tinggi Energi Tinggi Protein)
dengan syarat Energi tinggi, yaitu 40-45 kkal/kg BB, Protein tinggi, yaitu 20% dari kebutuhan energi total, Lemak
cukup, yaitu 10-25%
dari kebutuhan energi total, Karbohidrat
cukup, yaitu sisa
dari kebutuhan energi total.
DAFTAR
PUSTAKA
Diunduh
dari http://www.klikpdpi.com/konsensus/asma/asma.pdf.
Diakses tanggal 18 April 2014.
Dudut
Tanjung, S.Kp. “Asuhan Keperawatan Asma Bronkial”. Diunduh dari http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-dudut2.pdf.
Diakses tanggal 18 April 2014.
Widya.
2013, “Faktor Resiko Asma“ . Diunduh dari http://josephinewidya.wordpress.com/2013/02/28/asma-bronkial-definisi epidemiologi-dan-faktor-risiko/
Damar Iswara Nugraha dkk. “Definisi Asma“ http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Cerika%20Rismayanthi,%20S.Or./DEFINISI%20ASMA.pdf
0 komentar :
Posting Komentar